Kamis, 10 Februari 2011

ETIKA PROFESI

ETIKA PROFESI KEGURUAN

1. Hubungan Filsafat dengan Teori Nilai
a. Definisi
Pengertian filsafat secara terminologi sangat beragam. Para filusuf merumuskan pengertian filsafat sesuai dengan kecenderungan pemikiran kefilsafatan yang dimilikinya.
Seorang Plato mengatakan bahwa filsafat adalah pengetahuan yang berminat mencapai pengetahuan kebenaran yang asli. Sedangkan muridnya Aristoteles berpendapat bahwa filosafat adalah ilmu (pengetahuan) yang meliputi kebenaran yang terkandung didalamnya, ilmu-ilmu metfisika, logika, retorika, etika, ekonomi, politik, dan estetika. Lain halnya dengan Farabi yang berpendapat bahwa filsafat adalah ilmu (pengetahuan) tentang alam maujud bagaimana hakikat yang sebenarnya.
Berikut ini beberapa pengertian filsafat menurut pendapat beberapa ahli :
 Plato (428-348 SM) , filsafat tidak lain dari pengetahuan tentang segala yang ada.
 Aristoteles (384-322 SM) bahwa kewajiban filsafat adalah menyelidiki sebab dan asas segala benda. Dengan demikian filsafat bersifat ilmu umum sekali. Tugas penyelidikan tentang sebab telah dibagi sekarang oleh filsafat dengan ilmu.
 Cicero (106-43 SM), filsafat adalah sebagai “ibu dari semua seni” (the mother of all the arts) , dan filsafat sebagai ars vitae (seni kehidupan).
 Prof. Dr. Ismaun, MdPd. Filsafat ialah usaha pemikiran dan renungan manusia dengan akal dan qalbunya secara sungguh-sungguh, yakni secara kritis sistematis, fundamentalis, universal, integral dan radikal untuk mencapai dan menemukan kebenaran yang hakiki (pengetahuan, dan kearifan atau kebenaran yang sejati).
 Prof. Muhammad Yamin , Filsafat adalah pemusatan pikiran, sehingga manusia menemui kepribadiannya seraya didalam kepribadiannya itui dialaminya kesungguhan.
 Harold H. Titus (1979) : (1) filsafat adalah sekumpulan sikap dan kepercayaan terhadap kehidupan dan alam yang biasanya diterima secara tidak kritis,. Filsafat adalah suatu proses kritik atau pemikiran terhadap kepercayaan dan sikap yang dijunjung tinggi: Filsafat adalah suatu usaha untuk memperoleh suatu pandangan keseluruhan. Filsafat adalah analisis logis dari bahasa dan penjelasan tentang arti kata dan pengertian (konsep). Filsafat adalah kumpulan masalah yang mendapat perhatian manusia dan yang dicirikan jawabannya oleh para ahli filsafat.
 Driyarkarya , filsafat sebagai perenungan yang sedalam-dalamnya tentang sebab-sebabnya ada dan berbuat, perenungan tentang kenyataan yang sedalam-dalamnya.
 Sidi Gazalba, Berfilsafat ialah mencari kebenaran dari kebenaran untuk kebenaran, tentang segala sesuatu yang dimasalahkan, dengan berfikir radikal, sistematik dan universal.
 Notonegoro , filsafat menelaah hal-hal yang dijadikan objeknya dari sudut intinya yang mutlak, yang tetap tidak berubah, yang disebut hakekat.
 Bertrand Russel mengatakan bahwa filsafat adalah sesuatu yang berada di tengah-tengah antara teologi dan sains. Sebagaimana teologi, filsafat berisikan pemikiran-pemikiran mengenai masalah-masalah yang pengetahuan definitif tentangnya sampai sebegitu jauh, tidak bisa dipastikan namun seperti sains, filsafat lebih menarik perhatian akal manusia daripada otoritas tradisi maupun otoritas wahyu.
Dari semua pengertian filsafat secara terminologis di atas, dapat ditegaskan bahwa :
 Filsafat adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut.
 Filsafat adalah pandangan hidup seseorang atau sekelompok orang yang merupakan konsep dasar mengenai kehidupan yang dicita-citakan.
 Filsafat sebagai suatu sikap seseorang yang sadar dan dewasa dalam memikirkan segala sesuatu secara mendalam dan ingin melihat dari segi yang luas dan menyeluruh dengan segala hubungan.
b. Kedudukan Filsafat dan teori nilai
Tujuan berfilsafat ialah menemukan kebenaran yang sebenarnya, jika kebenaran yang sebenarnya itu disusun secara sistematis, jadilah ia sistematika filsafat itu biasanya terbagi atas tiga cabang besar filsafat yaitu ; teori pengetahuan, teori hakekat, dan teori nilai.
Isi filsafat ditentukan oleh obyek apa yang dipikirkan, obyek yang dipikirkan oleh filosof ialah segala yang ada dan yang mungkin ada. Jadi filsafat sebagai suatu proses berfikir bebas, sistematis, radikal dan mencapai dataran makna yang mempunyai cabang ontology, epistemology, dan aksiologi.
Teori nilai membahas dua masalah yaitu masalah etika dan estetika. Etika membahas tentang baik buruknya tingkah laku manusia sedangkan estetika membahas mengenai keindahan. Dalam pembahasan teori nilai ini bukanlah membahas tentang kebenaran walaupun kebenaran itu adalah nilai juga. Nilai adalah harga dimana sesuatu mempunyai nilai karena dia mempunyai harga atau sesuatu itu mempunyai harga karena ia mempunyai nilai.
Perbedaan antara nilai sesuatu disebabkan sifat nilai itu sendiri. Nilai bersifat ide dan abstrak (tidak nyata). Nilai bukanlah suatu fakta yang dapat ditangkap oleh indra. Tingkahlaku perbuatan manusia atau sesuatu yang mempunyai nilai itulah yang dapat ditangkap oleh indra karena ia bukan fakta yang nyata.
Tugas teori nilai adalah menyelesaikan masalah etika dan estetika dimana pembahasan tentang nilai ini banyak teori yang dikemukakan oleh beberapa golongan dan mempunyai pandangan yang tidak sama terhadap nilai itu. Seperti nilai yang dikemukakan oleh agama, positivism, pragmatism, futualisme, hindunisme. Dari sini tampak dengan jelas hubungan antara filsafat dengan teori nilai .
Jadi dapat disimpulkan bahwa ;
Hubungan filsafat dengan teori nilai sangat erat kaitannya, karena filsafat itu sendiri adalah ilmu pengetahuan yang menyelidiki dan memikirkan segala sesuatunya secara mendalam dan sungguh-sungguh, serta radikal sehingga mencapai hakikat segala situasi tersebut, erat kaitannya dengan teori nilai bahwa pada dasarnya penyelidikan itu harus mempunyai nilai-nilai tersendiri, bahwa nilai-nilai itu didapat dari teori nilai yang dipaparkannya,
2. Makna nilai
Perkataan “nilai” dapat ditafsirkan sebagai “makna” atau “arti” (worth) sesuatu barang/benda. Hal ini mempunyai pengertian bahwa sesuatu barang/benda akan mempunyai nilai bagi seseorang jika barang/benda tersebut memberi makna atau arti bagi seseorang tersebut.
Nilai adalah sesuatu yang berharga, bermutu, menunjukkan kualitas, dan berguna bagi manusia, sesuatu dapat dikatakan bernilai berarti sesuatu itu barharga atau berguna bagi kehidupan manusia.
Nilai instrumental mengacu kepada nilai-nilai dasar yang dijabarkannya penjabaran itu bisa dilakukan secara kreatif dan dinamis dalam bentuk-bentuk baru untuk mewujudkan semangat yang sama dan dalam batas-batas yang dimungkinkan oleh nilai dasar itu.
Menurut paham relatifisme nilai berkaitan dengan beberapa hal antara lain, nilai bersifat relatif karena berhubungan preferensi (sikap, keinginan, ketidaksukaan, perasaan, selera, kecenderungan, dan sebagainya) baik secara sosial dan pribadi,yang dikondisikan oleh lingkungan,kebudayaan atau keturunan.
Nilai berbeda dari suatu kebudayaan kebudayaan lainnya penilaian seperti benar/salah, baik/buruk, tepat/tidak tepat, tidak dapat diterapkan padanya.
Nilai adalah yang member makna kepada hidup , yang memberi kepada hidup ini titik tolak, isi dan tujuan. Nilai adalah sesuatu yang dijunjung tinggi yang mewarnai dan menjiwai tindakan seseorang.
Nilai dipandang sangatlah penting bagi setiap manusia dalam hidupnya, akan tetapi tingkat kepentingannya tidaklah sama antara orang yang satu dengan yang lainnya. Itulah sebab nya nilai memiliki tingkatan-tingkatan (hirarki) berdasarkan pada kepentingannya.
Makna nilai bagi manusia :
1. Nilai tertinggi menghasilkan kepuasan yang lebih mendalam.
2. Kepuasan jangan dikacaukan dengan kenikmatan (meskipun kenikmatan merupakan hasil kepuasan).
3. Semakin kurang kerelatifan nilai, semakin tinggi keberadaannya, nilai tertinggi dari semua nilai adalah mutlak.
3. Hubungan nilai dengan etika
Nilai moral adalah suatu bagian dari nilai, yaitu nilai yang menangani kelakuan baik atau buruk dari manusia. Moral selalu berhubungan dengan nilai, tetapi tidak semua nilai adalah nilai moral. Moral berhubungan dengan kelakuan atau tindakan manusia. Nilai moral inilah vang lebih terkait dengan tingkah laku kehidupan kita sehari-hari. Notonegoro dalam kaelan (2000) menyebutkan adanya 3 macam nilai, yakni :
a. Nilai material
Segala sesuatu yang berguna bagi kehidupan jasmani manusia atau kebutuhan ragawi manusia.
b. Nilai vital
Segala sesuatu yang berguna bagi manusia untuk dapat mengadakan kegiatan atau aktivitas.
c. Nilai kerohanian
Segala sesuatu yang berguna bagi rohani manusia, nilai kerohanian meliputi :
1. Nilai kebenaran yang bersumber pada akal (rasio, budi, cipta) manusia.
2. Nilai keindahan atau nilai estetis yang bersumber pada unsur perasaan (emotion) manusia.
3. Nilai kebaikan atau nilai moral yang bersumber pada unsur kehendak (karsa, will) manusia.
Nilai religius yang merupakan nilai kerohanian tertinggi dan mutlak serta bersumber pada kepercayaan atau keyakinan manusia.
Etika bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana semestinya tindakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruknya suatu hal dan harus berlaku umum. Etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi tertentu.
Jadi dapat disimpulkan bahwa ;
Nilai dengan etika merupakan dua konsepsi dasar yang saling mendukung sebagai dasar bagaimana manusia harus bertindak yang semestinya dengan mempertimbangkan baik buruknya suatu hal tersebut yang masih dapat dijangkau oleh akal.
4. Makna Etika
Etika berasal dari bahasa yunani yaitu dari kata ethos yang berarti adat kebiasaan tetapi ada yang memakai istilah lain yaitu moral dari bahasa latin yakni jamak dari kata nos yang berarti adat kebiasaan juga.
Perbedaan ,
Etika bersifat teori sedangkan moral bersifat praktek. Etika mempersoalkan bagaimana semestinya manusia bertindak sedangkan moral mempersoalkan bagaimana semestinya tindakan manusia itu. Etika hanya mempertimbangkan tentang baik dan buruknya suatu hal dan harus berlaku umum. Etika dan moral adalah suatu teori mengenai tingkah laku manusia yaitu baik dan buruk yang masih dapat dijangkau oleh akal. Moral adalah suatu ide tentang tingkah laku manusia (baik dan buruk) menurut situasi tertentu.
Definisi tersebut tidak melihat kenyataan bahwa ada keragaman norma, karena adanya ketidaksamaan waktu dan tempat, akhirnya etika menjadi ilmu yang deskriftif dan lebih bersifat sosiologik. Etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif, dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap.perilaku manusia. Dalam hal ini tidak perlu menunjukkan adanya fakta cukup informasi, menganjurkan dan merefleksikan.
Demikian etika selalu mencapai tujuan akhir untuk menemukan ukuran etika yang dapat diterima secara umum atau dapat diterima oleh semua bangsa di dunia ini. Perbuatan tingkah laku manusia itu tidaklah sama dalam arti pengambilan suatu sanksi etika karena tidak semua tingkah laku manusia itu dapat dinilai oleh etika. Etika menurut Ahmad Amin adalah ilmu pengetahuan yan gmenjelaskan arti baik dan buruk, menerangkan apa yang seharusnya dilakukan oleh manusia.
5. Syarat etika
1. Baik/ Tahu
• Mengerti
Mengerti akan perbuatan yang dilakukannya, sesuatu perbuatan itu disebut baik apabila seseorang itu tahu atau mengerti perbuatan itu baik.
• Bebas
Bebas dan tak bebas
Tidak ada perbuatan baik apabila ada yang memaksa kehendak yang diinginkan, kita harus bebas dalam melakukannya.
• Sadar yang bertujuan
Perbuatan baik yang disadari , terjadi secara alamiah tanpa ada paksaan dari orang lain. Namun dalam penilaiannya tergantung orang lain yang menilai.
Perbuatan ini lebih pada niat dari masing-masing individu yang melakukannya.
Etika menyelidiki segala perbuatan manusia kemudian menetapkan hukum baik atau buruk. Etika tidak dapat menjadikan manusia baik, tetapi dapat membuka matanya untuk melihat baik dan buruk. Maka etika tidak berguna bagi kita jika kita tidak mempunyai kehendak untuk menjalankan perintah-perintahnya dan menjauhi larangan-larangan Nya.
• Menurut The Advance Leaner’s Dictionary of Current English, baik adalah sesuatu yang mempunyai nilai kebenaran atau nilai yang diharapkan, yang memberikan nilai kepuasan.
• Menurut ensiklopedia Indonesia, sesuatu dikatakan baik bila ia mendatangkan rahmat, memberikan perasaan senang atau bahagia. Jadi, sesuatu yang dikatakan baik bila ia dihargai secara positif.
• Menurut Ethik baik adalah sesuatu yang berharga untuk sesuatu tujuan. Sebaliknya yang tidak berharga, tidak berguna untuk tujuan, apabila yang merugikan, atau yang menyebabkan tidak tercapainya tujuan adalah “buruk”.
Rahmat Djatnika menyatakan :
“Tujuan dari masing-masing sesuatu, walaupun berbeda-beda, semuanya akan bermuara kepada satu tujuan yang dinamakan baik, semuanya mengharapkan mendapatkan yang baik dan bahagia, tujuan yang akhir yang sama ini dalam ilmu Ethik “Kebaikan Tertinggi”, yang istilahnya disebut Summum Bonum atau Al-khair al kully (dalam bahasa arab). Kebaikan tertinggi ini disebut juga kebahagiaan yang universal atau universal Happiness.
Ia mengatakan juga bahwa kebaikan itu terletak pada dua hal :
• Pada adanya kemauan, will, iradah atau niat
• Pada praktek, action atau alamiah
Menurut Plato , ahli filsafat Yunani kuno, yang baik itu ialah yang ada ditengah-tengah antara dua ujung, antara ujung awal dan ujung akhir.
Perbuatan akhlak dalam islam dikatan baik apabila perbuatan yang dilakukan dengan sebenarnya dan dengan kehendak sendiri itu dilakukan atas dasar perbuatan yang dilakukan dengan sebebarnya dan dengan kehendak sendiri itu dilakukan atas dasar ikhlas karena Allah.
Penentuan baik atau buruk dalam islam tidak semata-mata ditentukan berdasarkan amal perbuatan yang nyata saja, tetapi lebih dari itu adalah niatnya.
2. Buruk / Bebas
• Mengerti
Mengerti akan perbuatan yang dilakukannya itu buruk, namun tetap saja melakukan hal tersebut. Ia akan mendapatkan ganjaran atas apa yang dilakukannya, apabila perbuatan itu buruk dan melanggar aturan.
• Bebas
Bebas melakukan sesuatu, dengan melanggar norma-norma aturan yang berlaku, baik itu tertulis maupun tidak.
• Sadar
Sadar namun kesadaran itu melakukan hal yang buruk, niatan itu akan sendirinya keluar dari hati nuraninya.
Buruk dalam bahasa arab “syarr”, dalam bahasa inggris “bad”. Menurut New Twentieth Century Dictionary of English Language, buruk adalah tidak baik, tidak seperti yang seharusnya, tak sempurna dalam kualitas, di bawah standard, kurang dalam nilai, dan tak mencukupi.
Menurut Ensiklopedia Indonesia, buruk adalah yang tercela, lawan baik, pantas, bagus dan sebagainya. Perbuatan buruk berarti perbuatan yang bertentangan dengan norma-norma masyarakat yang berlaku.
Jadi, dapat dikatakan bahwa sesuatu yang dikatakan baik apabila ia memberikan kesenangan, kepuasan, kenikmatan, sesuai dengan yang diharapkan. Atau sesuatu yang dinilai positif oleh orang yang menginginkannya. Definisi kebaikan tersebut terkesan anthropocentis. Sedang buruk apa yang dinilai sebaliknya. Disini nyata sekali betapa relatifnya pengertian itu, karena tergantung pada penghargan manusia masing-masing. Jadi nilai baik atau buruk menurut pengertian di atas bersifat subyektif, karena tergantung pada individu yang menilainya.
6. Pandangan Determinisme tentang kebebasan manusia
Menurut pandangan penganut paham determinisme, semua amal perbuatan manusia dan segala kejadian di alam semesta ini, sebelumnya telah di tentukan oleh Tuhan. Jadi menurut mereka, kita di dunia ini laksana kapas yang di terbangkan angin. Angin takdir yang mutlak dan kompak, baik-buruk, miskin-kaya, naik-jatuh, mulia-hina, semuanya mutlak di tangan tuhan. Dalam agama islam yang menganut paham ini di kenal dengan mazhab jabariah, dalam agama Kristen di anut oleh aliran agustinisme, sedangkan dalam agama yahudi dianut oleh mazhab qurra.
Sementara bagi kaum determinisme naturalis segalanya ini telah ditentukan oleh pengaruh paksaan dari alam kodrat atau merupakan bagian dari keseluruhan jagat raya yang saling terikat. Paham ini bisa kita temukan dalam filsafat etika tiongkok, filsafat stoa, dan pemikiran Spinoza.
Determinisme adalah bahwa manusia dalam seluruh perbuatannya ia tidak memiliki kehendak dan kebebasan. Seluruh perbuatan manusia kesemuanya terlaksana berkat kehendak dan kekuasaan Tuhan dimana kebebasan merupakan poin yang bersebrangan secara interminis dengan pandangan ini. Seperti p[ada ayat “Orang-orang yang mempersekutukan Tuhan akan mengatakan, “Jika Allah menghendaki, niscaya kami dan nenek moyang kami tidak mempersekutukan-Nya dan tidak (pula) kami mengharamkan barang suatu apa pun. “Demikian pulalah orang-orang yang sebelum mereka telah mendustakan (para Rasul) sampai mereka merasakan siksaan kami. Katakanlah, “Adakah kamu mempunyai suatu pengetahuan (dan dalil untuk masalah ini)? Kemukakanlah kami. Kamu tidak mengikuti kecuali persangkaan belaka, dan kamu hanyalah mengira-ngira.” (QS. Al-An’am [6]:148).
Hampir semua filsuf, entah eksistensialis, fenomenologis, ataupun tomismembenarkan kebebasan kehendak manusia. Meskipun demikian, arus determinisme tetap tampil sebagai antitesa dari kebebasan kehendak tersebut. Perdebatan kebebasan kehendak manusia, mau tidak mau juga melibatlkan pembiocaraan tentang kehendak dan kuasa Tuhan. Sebab pada titik inilah, manusia seringkali merasa kehilangan kebebasannya, karena ia terdeterminasi oleh dan sejak awalpenciptaanya. Secara tidak langsung, kenyataan inilah yang ingin digugat oleh Sartre dalam pernyataannya bahwa kebebasan manusia adalah “kutukan”
Determinisme teologis meletakkan manusia secara mutlak dalam kuasa Tuhan. Meskipun tampak bebas, tetapi manusia sama sekali tidak memiliki kebebasannya secara mutlak melainkan ia sudah “ditentukan”, diatur dalam segala perbuatannya. Tuhan sudah mengetahuisegala sesuatu bahkan sebelum hal itu terjadi, sehingga Tuhan dengan kuasa-Nya “menentukan” apa yang harus terjadi, dan manusia hanya berjalan di atas ketentuan Tuhan tersebut, tidak memiliki kebebasannya sendiri. (Leahy, h. 213).
Kaum determinisme sesungguhnya bertingkah laku seolah-olah mengakui kebebasan kehendak.
Determinisme adalah proposisi filosofis yang menyatakan bahwa setiap kejadian, tgermasuk di dalamnya tingkah laku dan pemikiran manusia telah ditentukan oleh hubungan sebab akibat berdasarkan kejadian di masa lalu. Tidak ada kejadian yan gmerupakan kebetulan maupun keajaiban, semuanya telah digariskan sebelumnya.
Berbagai bentuk determinisme dalam kaitannya dengan kebebasan :
 Ada suatu bentuk determinisme yang disebut determinisme fisik (determinisme hukum-hukum alam semesta sebagai system dunia material) yang menguasai kebebasan manusia, sehingga manusia tidak dapat melepaskan diri darinya; tindakan dan keputusan-keputusannya dideterminasikan oleh suatu jaringan halus factor-faktor fisik. Kebebasan sendiri tidak menuntut suatu pelanggaran hukum-hukum determinisme yang menentukan alam semesta.
 Kebebasan terjadi pada tingkat alasan-alasan atau motif-motif, bukan pada tingkat sebab-sebab fisik yang ada. Semua orang tahu bahwa sebab-sebab ini menghasilkan akibat-akibat; tetapi tetap adalah di bawah Kemampuan individu untuk mengorganisir sebab-sebab itu sehingga nantinya dapat menghasilkan akibat-akibat yang diinginkan oleh individu tersebut.
 Kebebasan bukanlah pilihan di antara dan di luar determinisme.Kebebasan itu sama luasnya dengan seluruh determinisme. Kebebasan ini mengeksistensikan determinisme sendiri secara aktif dan membuatnya bermakna dengan meliputnya. Pendapat yang mendukung pernyataan yang berasal dari ahli biologi J. Moretti, dalam bukunya Biologi et reflexion chretienne: “kebebasab manusia bukan semacam retak dalam permainan determinisme-determinisme; ia merupakan sebuah hasil dari penguasaan, pendidikan, kemenangan terhadap determinisme-determinisme itu”.
 Suatu konsepsi lain yang lebih berdasarkan biologi daripada fisika, berpendapat bahwa manusia telah deprogram sebelumnya secara begitu luas oleh berbagai factor hereditas (gen-gen) sehingga tidak ada tempat untuk kegiatan-kegiatanyang memang bersifat bebas. Determinisme biologis ini didasarkan atas pengalaman universal dari ketergantungan keadaan psikologis pada keadaan biologis organisme manusia.
 Jean Rostand berkata, “semua unsur yang membentuk seseorang, baik maupun jelek, tergantung secara total pada orang tuanya, yang dari mereka molekul-molekul tertentu diterimanya, dan pada pengaruh-pengaruh luar yang diberikan kepadanya. Anugerah-anugerah dan hukuman-hukuman kita hanyalah kebetulan saja.”
 Bahwa manusia dideterminasikan oleh berbagai factor social sehingga ia tidak lain daripada hasil hubungan-hubungan social (determinisme sosiologis). Pendapat yang mengatakan bahwa manusia tidak bebas karena ia selalu dideterminasikan oleh lingkungan sosiologisnya sehingga keputusan-keputusan yang dianggap paling pribadi ditentukan oleh lingkungan social. Pengaruh dari lingkungan atau individu-individu tak dapat disangsikan, dan suatu determinisme itu tidaklah absolute, dan membiarkan suatu margin penting kebebasan.
Kebebasan mengandaikan Determinisme
Dari satu pihak harus dikatakan bahwa kebebasan manusia bukan hanya tidak “mengganggu”, tidak “mengacaukan” teraturnya alam, tetapi malah mengandaikan determinisme alam. Seandainya kebebasan tidak dapat memperhitungkan dan mengandalkan stabilitas alam, seandainya tiada determinisme di tempat kebebasan kita terjelma (sebagai kebebasan yang bersikon), maka kebebasan tidak dapat “melaksanakan diri” (tidak mungkin bagi kita member makna dan nilai kepada tindakan dan perbuatan kita).
Jadi, jelas bahwa kebebasan manusia amat memerlukan determinisme alam. “alam” itu tentunya tidak hanya terdapat di sekitar (di Luar) manusia. Manusia sendiri pun termasuk alam, sejauh bersifat psiki-fisik.
Determinisme mengandaikan Kebebasan
Dari lain pihak determinisme atau teraturnya alam tidak dapat ditemukan kecuali oleh kesadaran manusia yang bebas. Seandainya manusia tidak bebas, seandainya ia hanya merupakan bagian dari alam saja, manusia psiko –fisik tetapi bukan rohani, maka “hukum alam” tidak ada. Untuk hukum konkret ini “air mendidih kalau dipanaskan sampai 100 derajat celcius” perlu kebebasan manusia. Pandangan tentang komplementaritas determinisme fisik dan kebebasan rohani tentu saja mengandaikan bahwa dunia fisik bukanlah sebuah dunia yang tak bergerak, kaku dan (dalam arti ini) “mati”.
Gagasan bahwa determinisme dan kebebasan saling melengkapi adalah gagasan yang dikembangkan oleh aliran filsafat masa kini, yakni fenomenologi. Manusia tidak dapat dijabarkan menjadi bagian alam saja tetapi juga tidak seluruhnya lepas dari alam dunia jasmani. Oleh karena itu manusia m,enjadi bahan penyelidikan baik untuk ilmu-ilmu empiris yang berpedoman pada determinisme, maupun untuk filsafat dan teologi yang mengakui kebebasan.
7. Pandangan indeterminisme tentang kebebasan manusia
Sebaliknya menurut paham indeterminisme, manusia mempunyai kebebasan mutlak dalam perbuatannya berdasarkan perwujudan kodratnya sendiri. Paham ini bisa kita temukan dalam ajaran filsafat vitalismenya nietzche, dan ajaran materialisme-markisme.
Sementara menurut kaum indeterminisme theologies, kebebasan manusia itu datang dari Tuhan sebagai sebab pertama atau sumber pertama dari segala kekuasaan, paham ini dalam agama islam dikenal dengan mazhab qadariah, sedangkan dalam agama Kristen dikenal dengan aliran pelagianisme. Pertentangn antara kedua paham, determinisme dan indeterminisme dengan argumennya masing-masing sampai sekarang tidak ada ujung pangkalnya, bahkan cenderung mengakibatkan silang-sengketa. Kita tentunya tidak perlu mengklaim diri sebagai penganut setia dari salah satu paham dan terlibat dalam rivalitas antar kedua paham ekstrim yang berbeda kutub tersebut.hal yang perlu kita lakukan adalah mencari kebenaran yang hakiki dalam memahami fenomena takdir yang melingkupi kehidupan kita.
8. Secara faktual menurut saya sesungguhnya kebebasan itu seperti
Pengakuan bahwa manusia akan kebebasan dirinya menjadi segala-galanya dalam hidupnya. Bahwa dalam perkembangan pemikiran manusia di jaman modern telah membuahkan kemajuan dalam berbagai bidang kehidupan manusia, seperti dalam bidang ekonomi, komunikasi, teknologi dan sebagainya. Jadi tidak dapat disangkal bahwa arus modernisasi membawa akibat yang positif bagi kehidupan manusia, namun kita juga tidak bisa menutup mata pada akibat-akibat yang negatif.
Manusia merupakan makhluk social yang berarti bahwa manusia tidak dapat hidup sendiri, selalu membutuhkan orang lain. Manusia adalah makhluk yang dinamis, selalu berpasang-pasangan satu sama lain. Manusia jika membandingkan dengan makhluk lainnya tidak ada bedanya yaitu memiliki persamaan sifat makan, minum, beraktivitas, berjalan, dan lain sebagainya.Tetapi yang membedakannya dengan yang lainnya yaitu manusia adalah makhluk yang memiliki daya fikir, mempunyai kecerdasan, mempunyai Kemampuan dalam membangun peradaban yang akhirnya juga memiliki kebebasan. Tuhan memberikan manusia otak, kecerdasan, dengan hal tersebut maka manusia bisa meninggikan derajatnya dan bisa pula merendahkan derajatnya dalam pandangan Tuhan.
9. Pandangan aliran filsafat tentang ukuran baik dan buruk
Penentuan baik dan buruk sejalan dengan perkembangan pemikiran manusia, berkembang pula patokan yang digunakan orang dalam menentukan baik dan buruk. Keadaan ini menurut Poedjawijanta berhubungan rapat dengan pandangan filsafat tentang manusia (antrofologia metafisika) dan ini tergantung pula dari metafisika pada umumnya. Poedjawijanta labih lanjut menyebutkan sejumlah pandangan filsafat yang digunakan dalam menilai baik dan buruk yaitu hedonisme, utilitarianisme, vitalisme, sosialisme, regionalisme dan humanisme. Sementara itu Asmaran As menyebutkan sebanyak empat aliran filsafat yaitu adat kebiasaan, kebahagiaan (Hedonisme), yang terdiri dari kebahagiaan diri (Eguistic Hedonism) dan kebahagiaan bersama (Universalitic Hedonism), intuisi (Intuition), dan evolusi (Evolution). Pembagian ini tampak sejalan dengan pendapat Ahmad Amin yang membagi aliran filsafat yang mempengaruhi penentuan baik dan buruk itu menjadi empat, yaitu : adat-istiadat, hedonisme, utilitarianisme, dan evolusi.
Beberapa pendapat tersebut tampak saling melengkapi sehingga dapat disimpulkan bahwa yang mempengaruhi dalam pembentukan baik dan buruk adalah insting (Naluri), hati nurani (Suara batin), akal (Pikiran Sehat), lingkungan dan adat-istiadat, dan pendidikan.
Teoritis
Secara teoritis terdapat beberapa paham yang mengungkap masalah baik buruk diantaranya :
1. Baik Buruk Menurut Aliran Adat Istiadat ( Sosialisme )
Menurut aliran ini ditentukan berdasarkan adat istiadat yang berlaku dan dipegang teguh oleh masyarakat. Didalam masyarakat kita jumpai adat istiadat yang berkenaan dengan cara berpakaian, makan, minum, bercakap-cakap dansebagainya. Orang yang mengikuti cara-cara yang demikian itulah yang dianggap orang yang baik, dan orang yang menyalahinya adalah orang yang buruk. Setiap bangsa memiliki adat istiadat tertentu. Apabila seorang dari mereka menyalahi adat istiadat itu, sangat dicela dan dianggap keluar dari golongan bangsanya.
Pada masa sekarang, kirta dapat membenarkan adat istiadat semacam itu dan bukan mengingkarinya, dan bila adat istiadat itu banyak salahnya, maka tidak tepat dijadikan ukuran baik dan buruk bagi perbuatan-perbuatan kita. Poedja Wijatna mengatakan bahwa adat istiadat pada hakikatnya produk budaya manusia yang sifatnya nisbi dan relative. Keberadaan paham adat istiadat ini menunjukkan eksistensi dan pesan moral dalam masyarakat. Berpegang adat istiadat itu, meskipun tidak benar ada juga faedahnya, sebab ada juga orang-orang yang tidak mau melanggar adat istiadat yang baik, dan banyak pula orang-orang yang tidak mau mengikutinya adat istiadat dari lingkungannya.
Aturan menurut adat-istiadat ini suatu perbuatan baik bagi mereka yang menjaga dan melaksanakannya, dan dipandang buruk bagi mereka yang mengindahkan dan melanggarnya. Faktor yang menentukan lahirnya adat ialah adanya kecenderungan hati pada perbuatan itu, kecenderungan hati tersebut diulang-ulang, sehingga menjadi biasa.
Adat-istiadat tidak dapat dijadikan ukuran menilai baik dan buruk perbuatan manusia, karena seringkali peraturan adat menyalahi rasio.selain itu adat yang berlakudisuatu daerah, suku atau Negara akan berbeda dengan daerah, suku atau Negara lain. Yang dipandang baik oleh suatu daerah belum tentu di pandang baik pula oleh daerah yang lain.

2. Baik Buruk Menurut Aliran Hedonisme
Paham ini berpendapat bahwa ukuran baik buruk adalah perasaan bahagia atau senang. Kebahagiaan adalah kelezatan dan sepi dari kepedihan. Bahagia itu merupakan tujuan akhir dari hidup manusia, maka perbuatan yang mengandung kelezatan adalah perbuatan baik, dan perbuatan yang mengandung kepedihan adalah perbuatan yang buruk.
Aliran Hedoisme adalah aliran filsafat yang terhitung tua, karena berakar pada pemikiran filsafat Yunani. Menurut paham ini banyak yang disebut perbuatan yang baik adalah perbuatan yang banyak mendatangkan kelezatan, kenikmatan, dan kepuasan nafsu biologis. Aliran ini tidak mengatakan bahwa semua perbuatan mengandung kelezatan, melainkan adapula yang mendatangkan kepedihan, dan apabila ia disuruh memilih manakah perbuatan yang harus dilakukan, maka yang dilakukan adalah yang mendatangkan kelezatan. Maka apabila terjadi keraguan dalam memilih sesuatu perbuatannya, harus diperhitungkan banyak sedikitnya kelezatan dan kepedihannya dan sesuatu itu baik apabila diri seseorang yang melakukan perbuatan mengarah kepada tujuan.
a. Epicurus
Berpendapat bahwa kebahagiaan, kelezatan ialah tujuan manusia, tidak ada kekuatan dalam hidup selain kelezatan dan tidak ada keburukan kecuali penderitaan. Kelezatan akal dan rohani itu lebih penting dari kelezatan badan. Epicurus pun berpendapat bahwa sebaik-baik kelezatan yang dikehendaki ialah kelezatan “ketentraman akal”.
b. Golongan Epicurus
Berpendapat bahwa perbuatan-perbuatan itu tidak diukur dengan kelezatan dan kepedihan yang terbatas waktunya saja, tetapi wajib bagi tiaptiap manusia melihat ke semua hidupnya.
Epicurus menyebutkan 3 macam kelezatan :
1. kelezatan yang wajar dan diperlukan contoh makanan, minuman
2. kelezatan yang wajar tetapi belum diperlukan sekali. Missal kelezatan
makan yang enak lebih daripada yang biasa
3. kelezatan yang tidak wajar dan tidak diperlukan. Missal kemegahan harta
benda.
Aliran hedonisme ini dibagi menjadi dua bagian :
a. Kebahagiaan diri (Eguistik hedonism)
Paham ini berpendapat agar manusia mencari sebanyak-banyaknya kebahagiaan untuk dirinya. Serta memilih apa yang mendatangkan kebahagiaan bagi diri sendiri.
b. Kebahagiaan bersama (universalistic hedonism)
Paham ini berpendapat bahwa agar manusia mencari kebahagiaan untuk sesama manusia, bahkan segala makhluk berperasaan. Dan kebahagiaan ini di ukur dari kebahagiaan bersama.
3. Baik dan Buruk Menurut Paham Intuisisme ( Humanisme )
Intuisi adalah merupakan kekuatan batin yang dapat menentukan sesuatu berbagai baik dan buruk dengan sekilas tanpa melihat buah / akibatnya . Aliran Intuitionesme berpendirian bahwa setiap manusia mempunyai kekuatan naluri batiniah yang dapat membedakan sesuatu itu baik atau buruk dengan hanya selintas pandang. Jadi sumber pengetahuan tentang suatu perbuatan mana yang baik atau mana yang buruk adalah kekuatan naluri. Kekuatan Naluri atau batin ioni terkadang berbeda refleksinya karena pengaruh masa dan lingkungan, akan tetapi dasarnya tetep sama dan berakar pada tubuh manusia. Kekuatan batin ini adalah kekuatan yang telah ada dalam jiwa manusia, tidak terambil dari keadaan dari luarnya.
Menurut paham ini perbuatan yang baik adalah perbuatan yang sesuai dengan penilaian yang diberikan oleh hati nurani / kekuatan batin yang ada dalam durinya, dan sebaliknya perbuatan buruk adalah perbuatan yang menurut hati nurani atau kekuatan batin dipandang buruk. Penentuan baik buruk perbuatan melalui kata hati yang dibimbing oleh ilham / intuisi ini hanyalah dianut dan dikembangkan oleh para pemikir akhlak dari kalangan Islam. Falsafah akhlak mengatakan bahwa etika adalah tidak emosionalistik tetapi etika adalah ilham-ilham intuisi, menurut kekuatan itu tidak berupa emosi dan rasio akan tetapi kekuatan itu mengintruksikan pada manusia agar melakukan berbagai kewajiban dalam hidupnya dan kekuatan itu terletak dalam diri dan batin manusia. Paham Intution telah dikecam yang berkata akan adanya Insting didalam manusia yang dapat memperdayakan antara baik dan buruk, sebagaimana panca indra yang dapat memperbedakan antara macam-macam warna dan suara bahwa manusia itu berselisih dalam member hukum kepada hal-hal yang sudah terang.
Dengan mengikuti uraian tersebut kita dapat menyimpulkan bahwa penentuan baik buruk yang berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk yang berdasarkan intuisi ini dapat menghasilkan penentuan baik dan buruk secara universal atau berlaku bagi masyarakat pada umumnya. Hal ini dapat dipahami karena manusia betapapun memiliki tempat tinggal, kebangsaan, ras, agama dan lainnya berbeda.
4. Baik Buruk Menurut Paham Utilitarianisme
Maksud dan paham ini adalah untuk sesame manusia / semua makhluk yang memiliki perasaan. Dalam abad sekarang ini kemajuan dibidang teknik cukup meningkat, dan kegunaanlah yang menentukan segala-galanya. Namun demikian paham ini terkadang cenderung akstrem dan melihat kegunaan hanya dari sudut pandang materialistic kegunaan dalam arti bermanfaat yang tidak hanya berhubungan dengan materi melainkan juga dengan yang bersifat rohani bisa diterima. Dan kegunaan bisa juga diterima jika yang digunakan itu hal-hal yang tidak menimbulkan kerugian bagi orang lain. Nabi misalnya menilai bahwa orang yang baik adalah orang yang memberi manfaat pada yang lainnya.
Ada beberapa kekurangan dalam peham ini yang bertentangan :
1. Paham yang memastikan untuk memberi hokum kepada perbuatan akan kebaikan dan keburukannya.
2. Kebahagiaan umum tidak menjadi ukuran yang tetap lagi terbatas, sehingga untuk memberi hokum sebuah perbuatan akan baik dan buruknya menjadi tempat perselisihan yang banyak.
3. Paham yang menjadikan manusia bersikap dingin pandangannya hanya ditujukan kepada buah-buah perbuatan apa yang ada kelezatan dan kepedihan.
4. Perkataan yang menyatakan bahwa tujuan hidup itu hanya mencapai kelezatan dan menjauhi kepedihan adalah merendahkan kehormatan manusia dan tidak pantas kecuali bagi jenis binatang.
5. Baik Buruk Menurut Paham Vitalisme
Menurut paham ini yang baik ialah yang mencerminkan kekuatan dalam hidup manusia. Paham ini pernah dipraktekkan pada penguasa di zaman feodalisme terhadap kaum yang lemah dan bodoh. Dengan kekuatan dan kekuasaan yang dimiliki ia mengembangkan pola hidup feodalisme, kolonialisme, dictator dan tiranik. Perbuatan dan ketetapan yang dikeluarkan menjadi pegangan bagi masyarakat, mengingat orang yang bodoh dan lemah selalu mengharapkan pertolongan dan bantuannya. Dalam masyarakat yang sudah maju, dimana ilmu pengetahuan dan keterampilan sudah mulai banyak dimiliki oleh masyarakat, paham utalisme tidak akan mendapat tempat lagi, dan digeser dengan pandangan yang bersifat demokratis.
6. Baik Buruk Menurut Paham Religiosme
Menurut paham ini dianggap baik adalah perbuatan yang sesuai dengan kehendak Tuhan, sedangkan perbuatan buruk adalah perbuatan yang tidak sesuai dengan kehendak Tuhan. Dalam paham ini keyakinan feologis, yakni keimanan kepada Tuhan sangat memegang peranan penting, karena tidak mungkin orang mau berbuat sesuai dengan kehendak Tuhan, jika yang bersangkutan tidak beriman kepadanya. Menurut Poedjawitna aliran ini dianggap paling baik dalam praktek, namun terdapat pula keberatan terhadap aliran ini, yaitu karena ketidakumuman dari ukuran baik dan buruk yang digunakannya. Diketahui bahwa didunia ini terdapat bermacam-macam agama, dan masing-masing agama menentukan baik buruk menurut ukurannya masingmasing.
Agama Hindu, Budha, yahudi. Kristen, dan Islam, misalnya masingmasing memiliki pandangan dan tolak ukur tentang baik dan buruk yang satu dan lainnya berbeda-beda.
7. Baik Buruk Menurut Paham Evolusi ( Evolution )
Mengikuti paham ini mengatakan bahwa segala sesuatu yang ada di alam ini mengalami evolusi yaitu berkembang dari apa adanya menuju kepada kesempurnaannya. Paham ini pertama muncul dibawah oleh seorang ahli pengetahuan bernama “LAMARK”. Dia berpendapat bahwa jenis binatang itu berubah satu sama lainnya. Pendapat ini bukan hanya berlaku pada benda-benda yang tampak, seperti binatang, manusia, dan tumbuh-tumbuhan. Tetapi juga berlaku pada benda yang tak dapat dilihat / diraba oleh indra, seperti akhlak dan moral.
Ada 2 faktor pergantian :
1. Lingkungan mengadakan penyesuaian dirinya menurut keadaan
2. Warisan bahwa sifat-sifat tetap pada pokok, sesuai dengan pertengahan berpindah pada cabang-cabangnya. Paham ini disebut paham pertumbuhan dan kepeningkatan ( Evolution ).
Herbert Spencer ( 1820 – 1903 ) salah seorang ahli filsafat Inggris yang berpendapat evolusi ini mengatakan bahwa perbuatan akhlak itu tumbuh secara sederhana, kemudian berangsur-angsur meningkat sedikit demi sedikit berjalan kearah cita-cita yang dianggap sebagai tujuan. Tampaknya bahwa Spencer menjadikan ukuran perbuatan manusia itu ialah mengubah diri sesuai dengan keadaan yang mengelilinginya.
Dalam sejarah paham evolusi, Darwin ( 1809 – 1882 ) ada;ah seorang ahli pengetahuan yang paling banyak mengemukakan teorinya. Dia memberikan penjelasan tentang pahamm ini dalam bukunya The Origin of species. Dikatakan bahwa perkembangan ala mini didasari oleh ketentuan-ketentuan berikut :
1. ketentuan alam ( selection ao nature )
2. perjuangan hidup ( straggle for life )
3. kekal bagi yang lebih pantas ( survival for the fit test )
Yang dimaksud dengan ketentuan alam adalah bahwa alam ini menyaring segala yang maujud ( ada ). Berdasarkan ciri-ciri hukum alam yang terus berkembang ini dipergunakan untuk menentukan baik dan buruk.
8. Baik Buruk Aliran Idealisme
Aliran idealisme merupakan factor terpenting dari wujudnya tindakantindakan yang nyata. Menurut Immanual kant untuk dapat terealisasinya tindakan dari kemauan yang baik, maka kemauan yang perlu dihubungkan dengan suatu hal yang akan menyempurnakannya. Dijelaskan pokok-pokok pandangan Immanual Kant :
1. Wujud yang paling dalam dari kenyataan ( hakikat ) ialah kerohanian
2. Factor yang paling penting mempengaruhi manusia ialah kemauan yang melahirkan tindakan yang konkrit.
3. Dari kemauan yang baik itulah dihubungkan dengan suatu hal yang menyempurnakannya yaitu rasa kewajiban.
Dalam etika Immanual Kant, kita dapat mengadakan beberapa catatan :
1. Dasar etika Kant, ialah akal pikiran
2. Menurut Kant, yang terpenting ialah kemauan mencapai hakikat sesuatu.
3. Kant, mendasarkan “rasa kewajiban” untuk terwujudnya perbuatan banyak hal-hal yang meminta perhatian etika
9. Baik Buruk Aliran Tradisonal
Tiap umat manusia mempunyai adat / tradisi dan peraturan tertentu yang dianggap baik untuk dilaksanakan. Karena itu, kapan dan dimanapun juga, dipengaruhi oleh adat kebiasaan atau tradisi bangsanya, karena lahir dalam lingkungan bangsanya. Harus diakui, bahwa aliran ini banyak mengandung kebenaran, hanya secara ilmiah kurang memuaskan, karena tidak umum. Dengan demikian, maka terjadilah bermacam-macam perbedaan adat / kebiasaan diantara bangsa-bangsa, tidak itu saja, bahkan perbedaan antar suku. Adapun sumber daripada adat kebiasaan antara lain :
1. Perbuatan-perbuatan yang dilakukan oleh nenek moyangnya
2. Perbuatan / peristiwa secara kebetulan, meskipun tidak berdasarkan kepada akal.
3. Anggapan baik dari nenek moyangnya terhadap sesuatu perbuatan yang akhirnya diwariskan secara turun temurun.
4. Perbuatan orang-orang terdahulu
10. Baik Buruk Aliran Naturalisme
Yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia menurut aliran ini adalah perbuatan yang sesuai dengan ftrah / naluri manusia itu sendiri, baik mengenai fitrah lahir maupun fitrah batin. Aliran ini berpendirian bahwa segala sesuatu dalam dunia ini menuju kepada suatu tujuan tertentu. Dengan memenuhi panggilan nature setiap sesuatu akan dapat sampai kepda kesempurnaan. Karena akal pikiran itulah yang menjadi wasilah bagi manusia untuk mencapai tujuan kesempurnaan, maka manusia harus melakukan kewajibannya dengan berpedoman kepada akal.
11. Baik Buruk Aliran Theologis
Aliran ini berpendapat bahwa yang menjadi ukuran baik dan buruknya perbuatan manusia, adalah didasarkan atas ajaran Tuhan, apakah perbuatan itu diperintahkan / dilarang oleh-Nya. Dengan perkataan theologies saja nampakanya masih samara karena didunia ini terdapat bermacam-macam agama yang mempunyai kitab suci sendiri-sendiri yang antara satu dengan yang lain tidak sama. Sebagai jalan keluar dari kesamaran itu ialah dengan mengkaitkan etika, theologies ini dengan jelas kepada agama, missal etika theologies menurut Kristen, ertika theologies menurut Yahudi dan Theologis menurut Islam.
Paham Utilitarisme
Utilistrik Klasik
Paham ini berpendapat bahwa “sebesar-besar kelezatan untuk bilangan yang besar”, yaitu kebahagiaan harus menjadi pokok pandangan setiap orang, dan kelezatan bagi manusia banyak.
Tokoh-tokoh dalam paham ini antara lain:
Jeremy Betham (1748-1832)
Betham memandang kebahagiaan diukur secara kuantitatif. Ukuran baik dan buruk itu kelezatan yang terbesar bagi bilangan yang terbanyak.
John Stuart Mill (1806-1873)
Menurut Mill kebahagiaan tidak hanya diukur melalui kuantitas, tetapi perlu dipertimbangkan pula kualitasnya, karena kesenangan ada yang tinggi dan ada pula yang rendah mutunya. Kebahagiaan yang menjadi norma etis adalah kebahagiaan semua orang yang terlibat dalam suatu kejadian.
Utilitarisme aturan dan perbuatan
Paham ini memastikan untuk member hukum pada perbuatan kebaikan dan keburukannya. Padahal sangat sukar untuk mengetahui perbuatan yang membawa manfaat bagi kita, tapi justru bencana bagi pihak lain. Selain itu kita tidak bisa menyelidiki kadarnya selain kita. Contoh meminjam uang mungkin baik pada saat ini, tetapi bagi masa yang akan datang merupakan bencana karena harus mengembalikan beserta bunganya.
Paham kebahagiaan (Eudemonisme)
Kata ini berasal dari bahasa Yunani (Eudaimonia) yang berarti kebahagiaan. Yang memperkenalkan paham ini adalah Aristoteles. Pendapatnya ialah semua orang ingin mencapai tujuan tertinggi dan itu adalah kebahagiaan, dan dapat dicapai dengan menjalankan fungsinya dengan baik disertai dengan keutamaan, yaitu keutamaan intelektual (keberanian dan kemurahan hati)
Manusia adalah baik bila selalu menentukan pilihan-pilihan rasional yang tepat dalam perbuatan moral dan mencapai keunggulan dalam penalaran intelektual maka orang tu bahagia, kebahagiaan itu disertai kesenangan.
Paham kewajiban (Dentologi)
Diperkenalkan oleh Immanuel Kant yang berpendapat yang bisa disebut baik sesungguhnya adalah kehendak baik. Sebagai contoh kesehatan, kekayaan dan intelegensi adalah baik jika digunakan baik oleh kehendak manusia, dan bila dipakai oleh yang jahat, semua itu adalah buruk. Kehendak baik tersebut tercipta jika bertindak kewajiban hukum moral.

DAFTAR BACAAN

http://meetabied.wordpress.com/2009/11/22/hubungan-filsafat-ilmu-dan-penelitian/
http://pakguruonline.pendidikan.net/buku_tua_pakguru_dasar_kpdd_11.html
http://akhmadsudrajat.wordpress.com/2008/02/09/teori-nilai/
http://atifhidayat.wordpress.com/2009/02/03/pengertian_nilai/
http://zanikhan.multiply.com/journal/item/6049
http://arisatria87.blogspot.com/2009/05/ukuran-baik-dan-buruk.html
http://indonesia-admin.blogspot.com/2010/02/ukuran-baik-buruk-dalam-bidang-akhlak.html
http://www.nuansaislam.com/index.php?option=com_content&view=article&id=193%3Amenimbang-kebebasan-manusia&catid=85%3Afilsafat<emid=273
http://filsafat-eka-wenats.blogspot.com/2007/04/takdir-dan-kebebasan.html
http://bud1purn4m4.wordress.com/absolutisme-tuhan-dan-kebebasan-manusia/
http://madnanabdullah.multiply.com/journal/item/5/rahasia_takdir





1 komentar:

  1. makasih post nya, sangat membantu karena saya juga mahasiswa fkip diksatrasia unigal yang diberi tugas seperti ini, hehe

    BalasHapus