Senin, 07 Februari 2011

Ilmu Bahasa Indonesia (MORFOLOGI)

ILMU BAHASA INDONESIA


MORFOLOGI 
SUATU TINJAUAN DESKRIPTIF



BAB I
MORFOLOGI
1.1 Pengertian morfologi
Morfologi ialah bagian dari ilmu bahasa yang membicarakan atau yang mepelajari seluk-beluk bentuk kata serta pengaruh perubahan-perubahan bentuk kata terhadap golongan dan arti kata, atau morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata serta fungsi perubahan-perubahan bentuk kata itu, baik fungsi gramatik maupun fungsi semantik.
1.2 Morfologi dan Leksikologi
Leksikologi mempelajari seluk beluk kata, ialah mempelajari perbendaharaan kata dalam suatu bahasa: mempelajari pemakaian serta artinya seperti dipakai oleh masyarakat pemakai bahasa.
Misal kata masak. Kata ini mempunyai berbagai-bagai arti dalam pemakainnya.
Perbedaan morfologi dan leksikologi ;
Perbedaanya adalah bahwa morfologi mempelajari arti yang timbul sebagai akibat peristiwa gramatik, ialah yang biasa disebut arti gramatik (grammatical meaning) atau makna, sedangkan
Leksikologi mempelajari arti yang lebih kurang tetap yang terkandung dalam kata, atau lazim disebut arti leksikal (lexical meaning).
1.3 Morfologi dan Etimologi
Pada morfologi menyelidiki seluk beluk bentuk kata, dan morfologi hanyalah menyelidiki peristiwa-peristiwa umum, peristiwa yang berturut-turut terjadi.
Etimologi ialah ilmu yang mempelajari seluk-beluk asal sesuatu kata secara khusus. Peristiwa perubahan bentuk seperti perubahan dari kena menjadi kenan pada kata berkenan, dari ia menjadi dia, yang , dan nya dan perubahan dari tuan menjadi tuhan, dikatakan hanya terjadi pada kata-kata tersebut diatas.
1.4 Morfologi dan Sintaksis
Morfologi mempelajari seluk-beluk bentuk kata. Yang diselidikinya adalah morfem, morfem adalah satuan gramatik yang paling kecil, sedangkan yang paling besar berupa kata.
Sintaksis mempelajari seluk-beluk frase, klausa, kalimat, dan wacana. Kata dalam morfologi merupakan satuan yan paling besar, sedangkan dalam sintaksis merupakan satuan yang peling kecil.
Bidang morfologi membicarakan tentang satuan gramatik yang salah satu dari unsurnya berupa afiks, sedangkan sintaksis membicarakan tentang satuan gramatik yang semua unsurnya berupa kata/ frase/ klausa/ kalimat.

1.5 Kata Majemuk
Kata majemuk adalah gabungan dua kata atau lebih yang membentuk arti baru atau suatu kesatuan makna/ kata yang unsurnya berupa kata atau pokok kata. Contoh : sapu tangan, meja tulis, rumah sakit.
1.6 Ciri-ciri kata majemuk :
-             Membentuk arti baru ;
-             Dibentuk oleh 2 unsur tidak lebih;
-             Tidak disisipi ;
-             Merupakan kesatuan yang terikat pada bentuk kata ( konstruksi morfologis ).
1.7 Jenis kata majemuk :
a.          Salah satu berupa komponen inti
Contoh : Kapal terbang, kursi malas, kamar tidur, mabuk laut, terjun payung.
b.         Kedua-duanya berupa inti ( setara )
Contoh : tanah air, jatuh bangun, mencumbu rayu.
c.          Salah satu komponen berbentuk unik
Contoh : simpang siur, gelap gulita, tua renta (siur, gulita, renta, termasuk morfem unik)
Pola kata majemuk :
a.          KB – KB : tanah air
b.         KK – KK : hancur lebur, jatuh bangun
c.          KS – KS : muda belia, cantik jelita
d.         KB – KK : kamar tidur, piring terbang
e.          KB – KS : kursi malas, rumah sakit
f.          KK – KB : terjun payung
BAB II
SATUAN-SATUAN GRAMATIK
2.1 Satuan garamatik
Satuan gramatik adalah satuan-satuan yang mengandung arti, baik arti leksikal maupun arti gramatik. Satuan gramatik itu, :
-             Berupa morfem ; ber-, ke, ke-an, -wan, maha-, jalan, akan, rumah, datang, sedang, baca, baru.
-             Berupa  kata ; rumah, membawa, kelupaan, diketahui, lempar lembing, mereka, dari.
-             Berupa frase, misalnya akan datang, ke rumah teman, akan minum, sudah sehat, sehat sekali, usaha yang baik.
-             Berupa klausa, misalnya Ia sedang berkunjung ke rumah teman, usaha itu sangat baik, orang tuanya sudah sehat.
-             Berupa kalimat, misalnya Ia sedang berkunjung ke rumah teman. Usaha itu baik. Orang tuanya sudah sehat
-             Berupa wacana
Satuan gramatik berupa ( morfem, kata, frase, klausa, kalimat, wacana )
2.2 Bentuk tunggal dan bentuk kompleks
·            Bentuk tunggal ialah bentuk yang belum mengalami proses apapun baik afiksasi, pemajemukan dan reduplikasi. Bentuk tunggal satuan-satuan ber-, sepeda, ke, luar, kota, ia, meN-, beli, dan baru.
·            Bentuk kompleks ialah suatu bentuk tunggal yang telah mendapatkan proses reduplikasi, afiksasi, maupun reduplikasi. Bentuk kompleks yaitu satuan-satuan bersepeda, bersepeda ke luar kota, Ia membeli sepeda baru.
2.3 Bentuk asal dan bentuk dasar
·            Bentuk asal ialah satuan yang paling kecil yang menjadi asal sesuatu kata kompleks. Misal kata berpakaian = bentuk asal pakai mendapat bubuhan afiks –an menjadi pakaian, kemudian mendapat bubuhan afiks –ber menjadi berpakaian.
·            Bentuk dasar ialah satuan tunggal maupun kompleks, yang menjadi dasar bentukan bagi satuan yang lebih besar. Misal kata berpakaian terbentuk dari bentuk dasar pakaian dengan afiks ber-; selanjutnya kata pakaian terbentuk dari bentuk dasar pakai dengan afiks –an.
# bentuk asal selalu berupa bentuk tunggal misal pakai dalam pakaian, sedangkan bentuk dasar berupa bentuk tunggal dan bentuk kompleks misal pakaian dalam berpakaian.
Kata dasar
Kata dasar adalah kata yang belum mendapatkan imbuhan sebagai dasar pembentukan kata.
Bentuk dasar adalah kata yang menjadi dasar dan pembentukan sebuah kata kompleks.
1.         Perikemanusiaan
-             Kata dasar = manusia
-             Bentuk dasar = kemanusiaan
2.         Berperikemanusiaan
-             Kata dasar =manusia
-             Bentuk dasar = perikemanusiaan
3.         Berpakaian
-             Kata dasar = pakai
-             Bentuk dasar = pakaian
2.4 Satuan gramatik bebas dan satuan gramatik terikat (morfem bebas dan morfem terikat )
Morfem bebas adalah morfem yang dapat berdiri sendiri, seperti jual, beli, duduk, dan tidur / (kata).
Morfem terikat
1.         Afiks atau imbuhan
Afiks ialah satuan gramatik terikat yang memiliki kecenderungan lebih banyak menempel pada bentuk dasar yang lain.
Bahasa Indonesia memiliki empat jenis imbuhan , yaitu :
·            Awalan ( prefiks ) : ber-, dan per- ; meng- dan di-, ter-, ke-, dan se-, pe-, pra-, ke-, a-,   
maha-, para-
·            Sisipan ( infiks )          : -el- , -em- , -er- .
·            Akhiran ( sufiks )        : -kan, -an, -I, -nya, -wan, -wati, -is, -man, -da, wi.
·            Imbuhan terbelah ( konfiks ) : peN-an, pe-an, per-an, ber-an, ke-an, dan se-nya.
2.         Konjungsi
Preposisi : kata depan , di-
3.         Klitik ; morfem-morfem ku, mu, nya, kau, isme
Proklitik ; misalnya ku kecup
En klitik ; misalnya keningmu
4.         Stem : pokok kata/ satuan gramatik terikat. Misalnya : temu, alir, sandar, juang, tulis, baca.
5.         Morfem unik : sebuah kata yang tidak akan muncul kecuali dengan pasangannya. Contoh : gelap  gulita, kering kerontang, basah kuyup, tua renta.
2.5 Morfem, morf, alomorf, dan kata
Morfem ialah satuan bahasa terkecil yang mengandung makna.
Alomorf adalah anggota satu morfem yang wujudnya berbeda, tetapi mempunyai fungsi dan makna yang sama. ( alomorf : morfem bertemu dengan morfem )
Kata ialah satuan bebas yang paling kecil, / atau setiap satu satuan bebas merupakan kata. Seperti satuan-satuan rumah, duduk, penduduk, pendudukan, kedudukan, Negara, negarawan, kenegaraan, pemimpin, kepemimpinan, berkepemimpinan, ruang, ruangan,  dsb.
2.6 Deretan morfologik
Deretan morfologik ialah deretan yang mempunyai pertalian makna.
Contoh :
menyendiri
sendirian
kesendirian
sendiri
2.7 Pengenalan morfem
Satuan-satuan yang mempunyai struktur fonologik dan arti atau makna yang sama merupakan satu morfem. Satuan baju dalam berbaju, menjahit baju, baju biru, baju batik, merupakan satu morfem karena satuan itu memiliki struktur fonologik dan arti yang sama.
2.8 Hirarki bahasa
Contoh berperikemanusiaan hirarki pembentukannya. Satuan berperikemanusiaan terbentuk dari unsur ber- dan perikemanusiaan. Satuan perikemanusiaan terbentuk dari unsur peri dan kemanusiaan. Selanjutnya kemanusiaan terbentuk  dari unsur ke-an dan manusia . Jadi proses terbentuknya satuan berperikemanusiaan demikian : manusia → kemanusiaan → perikemanusiaan →berperikemanusiaan.

BAB III
PROSES MORFOLOGIK
3.1 Pengertian morfologik
Proses morfologik ialah proses pembentukan kata-kata dari satuan lain yang merupakan bentuk dasarnya. Bentuk dasarnya berupa :
·            Kata seperti pada kata terjauh terbentuk dari kata jauh;
·            Pokok kata seperti bertemu dibentuk dari pokok kata temu;
·            Frase seperti kata ketidakadilan dibentuk dari frase tidak adil;
·            Kata dan kata misal kata rumah sakit dibentuk dari kata rumah dan kata sakit;
·            Kata dan pokok kata misal kata pasukan tempur dibentuk dari kata pasukan dan pokok kata tempur;
·            Pokok kata dan pokok kata misal kata lomba tari dibentuk dari pokok kata lomba dan pokok kata tari.
3.2 Proses pembubuhan afiks
Afiksasi (pengimbuhan)
a.          Me+ kata dasar huruf pertama p/ t/ s/ k = luluh
Contoh :
1.         Me + pesona = memesona
2.         Me + terjemah = menerjemah
3.         Me + kilat = mengilat
b.         Me + kata dasar yang diawali konsonan rangkap  = tetap.
1.         Me + proses = memproses
2.         Me + kritik = mengkritik
c.          Me + kata dasar yang terdiri atas satu suku kata = menge ……..
1.                     Me + bom = mengebom
2.                     Me + cor = mengecor
d.         Ber/ ter kata dasar dengan suku kata pertama mengandung er = ber-.
1.         ber- + cermin = bercermin
2.         ber- + kerja = bekerja
Konfiks
Konfiks : afiks tunggal yang terdiri atas dua bagian yang terpisah, misalnya ke-an, pe-an, per-an, ber-an. Contoh :
-             (ke-an + sehat ) = kesehatan
-             (pe-an + adil) = pengadilan
-             (per-an + judi ) = perjudian
-             (ber-an + salam ) = bersalaman
Khusus konfiks ‘ber-an’ selalu menunjukkan makna saling atau intensitas, misalnya bertabrakan, bersalaman, berlarian.
Kata berpakaian tidak dibentuk oleh konfiks, melainkan afiks gabung, artinya dua afiks kebetulan bergabung yaitu ber- dan –an ( ber + pakai + an ).
3.3 Afiks asli dan afiks dari bahasa asing
Afiks-afiks yang berasal dari bahasa asing, ialah pra-, a-, -wan, -wati, is, -man, dan –wi.
Satuan –in seperti pada muslimin dan –at pada muslimat, yang merupakan afiks dalam bahasa aslinya, ialah bahasa arab, tidak atau belum dapat digolongkan afiks dalam bahasa Indonesia. Afiks-afiks asing tersebut belum sanggup melekat pada satuan lain yang tidak berasal dari bahasa aslinya, ialah bahasa arab.
3.4 Afiks yang produktif dan afiks yang improduktif
Afiks yang produktif ialah afiks yang hidup, yang memiliki kesanggupan yang besar untuk melekat pada kata-kata atau morfem-morfem, sedangkan afiks yang improduktif ialah afiks yang sudah usang, yang distribusinya terbatas pada beberapa kata, yang tidak lagi membentuk kata-kata baru.
Contoh afiks yang produktif , afiks itu berasal dari bahasa asing , ialah –wan. Seperti kata-kata lama bangsawan, hartawan, jutawan, dermawan, timbul kata baru , sejarawan, rokhaniawan, tatabahasawan.
Contoh afiks yang improduktif misalnya afiks –man, yang terdapat pada kata budiman dan seniman.
Afiks-afiks –el-, -er-, dan –em- hanya terdapat pada (gemetar, geletar, gerigi, gerenyut, gemuruh, temali, seruling).
3.5 Proses pengulangan
Proses pengulangan atau reduplikasi ialah pengulangan satuan gramatik, baik seluruhnya maupun sebagiannya, baik dengan variasi fonem maupun tidak. Hasil pengulangan disebut kata ulang, sedangkan satuan yang diulang merupakan bentuk dasar. Misalnya kata ulang rumah-rumah dari bentuk dasar rumah,
3.6 Menentukan bentuk dasar kata ulang
Dalam menentukan bentuk dasar bagi kata ulang ;
1.         Pengulangan pada umumya tidak mengubah golongan kata. Misalnya :
berkata-kata ( kata kerja ) : bentuk dasarnya ber-kata (kata kerja)
gunung-gunung (kata nominal) : bentuk dasarnya gunung (kata nominal)
cepat-cepat (kata sifat) : bentuk dasarnya cepat (kata sifat)
sepuluh-sepuluh (kata bilangan) : bentuk dasarnya sepuluh (kata bilangan)
2.         Bentuk dasarnya selalu berupa satuan yang terdapat dalam penggunaan bahasa. Misalnya :
-             memperkata-katakan : bentuk dasarnya memperkatakan, bukan memperkata.
-             mengata-ngatakan : bentuk dasarnya mengatakan bukan mengata.
3.7 Macam-macam pengulangan / reduplikasi
1.         kata ulang utuh / sejati
contoh : gadis-gadis, toko-toko
2.         kata ulang berimbuhan
contoh : surat-menyurat, bertanya-tanya
3.         kata ulang berubah bunyi
contoh sayur-mayur, lauk-pauk
4.         kata ulang sebagian
contoh : pepohonan, tetamu, tetangga
5.         kata ulang semu / tak sebenarnya
contoh : kupu-kupu, lobi-lobi, gado-gado
3.8 Proses pengulangan menyatakan makna :
1.         menyatakan hal
        contoh : masak-memasak, karang-mengarang
2.         makna agak
        contoh : kekanak-kanakan, kemerah-merahan
3.         agak atau melemahkan
        contoh : pening-pening, pusing-pusing
4.         serba atau seragam
        contoh : putih-putih
5.         resiprok
        contoh : bersalam-salaman
6.         mengeraskan arti atau intensitas
a.          kuantitatif
                    contoh : guru-guru, murid-murid
b.         kualitatif
        contoh : cantik-cantik, benar-benar, kuat-kuat
c.          frekuentatif
contoh : memeluk-meluk                                                                                                 
d.         variatif
       contoh : pepohonan, tetumbuhan.
7.         Tak bersyarat
        Contoh : duri-duri diterjang : meskipun duri dterjang
8.         Saling
        Pukul- memukul, pandang memandang
9.         Menyerupai
        Kuda-kudaan, rumah-rumahan.
10.     Tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai (proses pembubuhan afiks se-nya )
        Contoh : sepenuh-penuhnya, serajin-rajinnya, sekuat-kuatnya.
BAB IV
MORFOFONEMIK
4.1 Proses morfofonemik
Morfofonemik melakukan kajian terhadap perubahan fonem akibat bertemunya morfem dengan morfem lain.
Morfofonemik prefiks meng-
1.         prefiks meng- ditambahkan pada dasar yang dimulai dengan fonem /a/, /i/, /u/, /e/, /o/, /k/, /h/, atau /x/, bentuk meng- tetap meng-/ men-/,
Misalnya : mengawali, mengikuti, mengubah, mengekor, mengarang, menghitung.
4.2 Proses perubahan fonem
Proses perubahan fonem, misalnya terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasarnya.
1.         Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi fonem /m/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /p,b,f/.
Misalnya:
meN- + paksa = memaksa
peN- + bantu = pembantu
meN- + fitnah = memfitnah
2.         Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi fonem /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem /t,d,s/. Fonem /s/ di sini hanya khusus bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari bahasa asing yang masih mempertahankan keasingannya. Misalnya:
meN- + tulis = menulis
meN- + datangkan = mendatangkan
meN- + support = mensupport
3.         Fonem /N/ pada morfem meN- dan peN- berubah menjadi /ñ/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan /s, s ,c ,j /. Misalnya :
meN- + sapu = menyapu
        peN- + suap = penyuap
meN- + cari = mencari/ m∂ncari /
peN- + cukur = pencukur / p∂ncukur /
meN- + jadi = menjadi/ m∂njadi /
peN- + judi = penjudi/ p∂njudi /
4.         Fonem /N/ pada meN- dan peN- berubah menjadi /n/ apabila bentuk dasar yang mengikutinya berawal dengan fonem / k, g, x, h, dan vocal /. Misalnya : / (meng- ….)
meN- + kacau = mengacau
peN- + garis = penggaris
meN- + khianati = mengkhianati
4.3 Proses penambahan fonem
Proses perubahan fonem, terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku. Fonem tambahan ialah /∂/, sehingga meN- berubah menjadi menge-, misalnya :
meN- + bom = mengebom
proses penambahan fonem /∂/, terjadi akibat pertemuan morfem peN- dengan bentuk dasarnya yang terdiri dari satu suku sehingga morfem peN- berubah menjadi penge-, misalnya :
peN- + bom = pengebom
4.4 Proses hilangnya fonem
Proses hilangnya fonem /N/ pada meN- dan peN- terjadi sebagai akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /l,r,y,w/. dan nasal/.
Misalnya:
meN- + lerai                        = melerai
meN- + ramalkan    = meramalkan
meN- + yakinkan    = meyakinkan
meN- + wakili                     = mewakili
Fonem /r/ pada morfem ber-, per- dan ter- hilang sebagai akibat pertemuan morfem-morfem itu dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem /r/ dan bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /∂r/. Misalnya :
ber- + ternak = beternak
per- + ragakan = peragakan
ter- + rasa = terasa
fonem-fonem /p, t, s, k/ pada awal morfem hilang akibat pertemuan morfem meN- dan peN- dengan bentuk dasar yang berawal dengan fonem – fonem itu.
1.         Kaidah morfofonemik morfem afiks meN-
meN- = mem- / apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem / p, b, f /. Fonem /p/ hilang, kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya dan pada bentuk dasar yang berprefiks, ialah prefix per-. Misalnya :
meN- + paksa = memaksa
meN- = meny / apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem / s, c, j/. Fonem /s/ hilang. Misalnya :
meN- + sapu = menyapu
meN- + cari = mencari/ m∂ncari /
meN- + jaga = menjaga / m∂njaga /
meN- = meng- / apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem / k, g, x, h /. Fonem /k/ hilang kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.
meN- = me- / apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem / y, r, l,w, nasal /.
meN- = menge- / apabila diikuti bentuk dasar yang terdiri dari satu suku.
2.         Kaidah morfofonemik morfem afiks peN-
peN- = pem / apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /p, b, f/. Fonem /p/ hilang, misalnya : peN- + pakai = pemaka
peN- = pen- / apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem /t, d, s/. Fonem /t/ hilang, kecuali pada beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya, dan fonem /s/ hanya berlaku bagi beberapa bentuk dasar yang berasal dari kata asing yang masih mempertahankan keasingannya.
peN- = peny- / apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan fonem / s/                           
3.         Kaidah morfofonemik morfem afiks ber-
ber- = be- / apabila diikuti bentuk dasar yang berawal dengan dasar fonem /r/, dan beberapa bentuk dasar yang suku pertamanya berakhir dengan /∂r/. Misalnya :
ber- + rantai = berantai             
ber- = bel / apabila diikuti bentuk dasar ajar :
ber- + ajar = belajar
4.         Kaidah morfofonemik morfem arfiks per-
per- = pe- / apabila diikuti bentuk dasar yang besawal dengan fonem /r/.misalnya:
per- + ringan = peringan
per- = pel- / apabila diikuti bentuk dasar yang berupa morfem ajar :
per- + ajar = pelajar
per- = per- / apabila diikuti bentuk dasar yang tidak berawal dengan fonem /r/, dan bentuk dasar yang bukan morfem ajar. Misalnya : per- + kaya = perkaya 

BAB V
FUNGSI PROSES PEMBUBUHAN AFIKS DAN PENGULANGAN

5.1 Fungsi dan makna
Perubahan golongan kata itu disebabkan oleh afiks -an, dapat dikatakan afiks –an berfungsi mengubah kata verbal menjadi kata nominal, / berfungsi sebagai pembentuk kata nominal.
Proses morfologik itu mempunyai fungsi gramatik, ialah fungsi yang berhubungan dengan ketatabahasaan.
5.2 Afiks meN-
Fungsi :
Afiks meN- berfungsi sebagai pembentuk kata verbal.
afiks me-
1.         melakukan perbuatan aktif lagi transitif, misalnya : menulis, mencetak, memperkaya, dan sebagainya.
2.         menjadi seperti keadaan tersebut pada bentuk dasar / ‘proses’, misalnya :
melebar : ‘menjadi lebar, meluas : menjadi luas
3.         dalam keadaan, misalnya : mengantuk, menyendiri
4.         melakukan tindakan berhubungan dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
membabi buta : berlaku seperti babi buta
mendoa : mengucapkan doa
5.3 Afiks ber-
·            bentuk dasar berupa pokok kata , misalnya : bertemu ← temu,
·            berupa kata sifat, misalnya : bergembira ← gembira
·            berupa kata bilangan, misalnya : berdua ← dua
·            berupa kata nominal, misalnya : bersepeda ← sepeda
Afiks ber-
1.         melakukan perbuatan yang aktif 
misalnya : bekerja, berangkat, berdagang
2.         dalam keadaan atau statif , misalnya : bergembira, berbahagia, bersedih.
3.         kumpulan, misalnya : berdua : ‘kumpulan yang terdiri dari dua’
4.         melakukan perbuatan berhubung dengan apa yang tersebut pada bentuk dasar, misalnya :
berkereta api : ‘menggunakan atau naik kereta api’

5.4 Afiks di-
Memiliki satu fungsi, ialah membentuk kata kerja pasif. Berbeda dengan afis meN- yang berfungsi membentuk kata kerja aktif : diambil – mengambil, diresmikan – meresmikan .
Maknanya ialah menyatakan makna’ suatu perbuatan yang pasif’.
5.5 Afiks ter-
Fungsi afiks ter- ialah membentuk kata kerja pasif, misalnya pada kata-kata terbawa, terdengar, tersusun, tersaji, terbagi, terbakar, terdorong, dan sebagainya.
Makna afiks ter- :
1.         aspek perfektif, misalnya dalam kalimat :
Dengan demikian, kerajaan Mataram yang sudah sangat susutnya itu kini terbagi menjadi empat buah kerajaan, yakni Yogyakarta, Pakualam, Surakarta, dan Mangkunegaran.
terbagi : sudah dibagi. Kata-kata lain ( terjepit, tertutup, terbuka)
2.         ketidaksengajaan, misalnya pada kalimat : Kakiku terpijak teman. Kata lain (terbawa, tersinggung, tertusuk, terpegang)
3.         ketiba-tibaan, misalnya pada kata terbangun (Ia terbangun dari tidurnya), terjatuh , terperosok.
4.         kemungkinan , yang didahului kata negatif tidak atau tak, misalnya :
tidak ternilai : ‘tidak dapat dinilai’
tidak terbaca : tidak dapat dibaca’
5.         paling (suferlative), misalnya : tertinggi : paling tinggi, (terluas, terpandai, terjauh).  
5.6 Afiks peN-
Fungsi afiks peN- ialah membentuk kata nominal.
Makna afiks peN- sebagai berikut :
1.         bentuk dasar  berupa pokok kata, afiks menyatakan makna ‘ yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’, atau makna ‘agentif’. Misalnya :
pembaca : ‘yang pekerjaannya membaca’
2.         alat yang dipakai untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’ .Misalnya :
pemotong : ‘alat untuk memotong’
pemukul : ‘alat untuk memukul’
3.         yang memiliki sifat yang tersebut pada bentuk dasarnya’. Misalnya:
Pemalas : ‘yang memiliki sifat malas’
Peramah : ‘yang memiliki sifat ramah’
4.         yang menyebabkan adanya sifat yang tersebut pada bentuk dasar’ . Misalnya :
pengeras : ‘yang menyebabkan jadi keras ; yang mengeraskan’
penguat, pendingin, penghalus.
5.         yang (pekerjaannya) melakukan perbuatan berhubung dengan benda yang tersebut pada bentuk dasarnya’. Misalnya :
penyair : ‘yang (pekerjaannya) mencipta syair’
pelaut, pengusaha, penggergaji.
5.7 Afiks pe-
Fungsi afiks pe-  ialah sebagai pembentuk kata nominal, pada umumnya menyatakan makna ‘yang biasa/ pekerjaannya/ gemar melakukan pekerjaan yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya :
pejalan kaki : ‘yang biasa / pekerjaannya / gemar berjalan kaki’
petani          : ‘yang biasa / pekerjaannya/ gemar bertani’
Menyatakan makna ‘orang yang (pekerjaannya) di ……’ . Misalnya : pesuruh, petatar dan petugas.
Pesuruh : ‘orang yang (pekerjaannya) disuruh’
Menyatakan makna ‘sesuatu yang di ….(dalam suatu perjudian)’. Misalnya :
petaruh : ‘sesuatu yang ditaruhkan (dalam suatu perjudian).
5.8 Afiks per-
Fungsi
Afiks per- berfungsi membentuk kata nominal dan membentuk pokok kata.       
Afiks per- yang berfungsi membentuk pokok kata nominal termasuk afiks yang tidak produktif. Afiks ini hanya terdapat pada kata pelajar dan pertapa. Pada kata pelajar , afiks per- mengalami proses morfofonemik menjadi pel-.
afiks per- berfungsi membentuk pokok kata berupa kata sifat : perbesar ← besar
berupa bilangan, misalnya : persatu ← satu, perdua ← dua
berupa kata nominal, misalnya : peristri ← isteri, perkuda ← kuda
berupa pokok kata, misalnya : perhitungkan ← hitungkan
Makna afiks per- ialah menyatakan ‘kausatif’. Misalnya : perbesar : ‘membuat jadi lebih besar’
5.9 Afiks se-
Afiks se- melekat pada bentuk dasar yang berupa kata nominal,  misalnya  pada kata :
serumah  ← rumah, sehari ← hari
Pada bentuk dasar berupa kata sifat, misalnya :
setinggi ← tinggi , seluas ← luas
melekat pada golongan kata tambah, misalnya :
sebelum ← belum, sesudah ← sudah
afiks se- mempunyai makna, sebagai berikut :
1.         satu, pada kata : serombongan : ‘satu rombongan’, sebuah : ‘satu buah’
2.         seluruh , pada kata seisi rumah : ‘seluruh isi  rumah’, (rakyat) sedunia : rakyat ‘seluruh dunia’
3.         sama , misalnya : secara adat : ‘sama dengan cara adat ; seperti cara adat.
4.         setelah, misalnya : setibanya : setelah kamu tiba di sana
5.10 Afiks ke-
Berfungsi membentuk kata nominal pada kata kehendak, ketua, dan kekasih.
Berfungsi membentuk pokok kata, yang terdapat pada kata mengetahui, diketahui, dan pengetahuan.
Afiks ke- mempunyai makna, :
1.         menyatakan kumpulan yang terdiri dari jumlah yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya
kedua (orang) : ‘kumpulan yang terdiri dari dua orang’
2.         menyatakan urutan. Misalnya :
(pegawai) kedua
(bagian) ketiga
5.11 Afiks para-
Afiks yang selalu melekat pada bentuk dasar golongan kata nominal insani. Maknanya ialah menyatakan makna ‘banyak’. Misalnya : para pemuda :pemuda-pemuda, para dokter: dokter-dokter.
5.12 Afiks maha-
Terdapat pada  kata-kata menyatakan sifat Allah. Misalnya maha pengasih, maha pemurah, maha penyayang dan sebagainya. Menyatakan makna ‘sangat’.
Pada kata nominal, ialah mahasiswa, mahaguru, maharaja. Menyatakan makna ‘besar’.
5.13 Afiks –kan
Fungsi
Afiks –kan berfungsi membentuk pokok kata. Dengan tambahan prefiks meN-, di-, ter-, atau satuan-satuan ku-, kau-, dan sebagainya, pokok kata itu membentuk suatu kata.
·            Bentuk dasar berupa kata verbal, baik yang berupa kata kerja, seperti : Melarikan ← lari
·            Berupa kata sifat, misalnya : meluaskan ← luas
·            Berupa kata nominal, misalnya : mengurbankan ← kurban
·            Berupa kata bilangan, misalnya : menduakan ← dua
·            Berupa pokok kata, misalnya : membacakan ← baca
Makna afiks –kan :
1.         ‘benefaktif” (perbuatan yang mempunyai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan untuk orang lain). Misalnya :
Membacakan : ‘membaca (…) untuk orang lain’.
2.         ‘kausatif’ , digolongkan menjadi empat golongan :
a.          Menyebakan (…..) melakukan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya :
Mendudukan : ‘menyebabkan (….) duduk’
b.         Menyebabkan (….) mejadi seperti yang tersebut pada bentuk dasar. Makna ini timbul akibat pertemuan afiks –kan dengan bentuk dasar yang berupa kata sifat. Misalnya :
Meluaskan : ‘menyebabkan (….) jadi luas’.
c.          Menyebabkan (…) jadi atau menganggap (…) sebagai apa yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya : mendewakan : menganggap (…) sebagai dewa’
d.         Membawa/ memasukkan (…) ke tempat yang tersebut pada bentuk dasar. Misalnya :
Memenjarakan : ‘memasukkan (…) ke penjara’
Pada kata-kata mengetengahkan, mengemukakan, membuktikan, meminggirkan, dan sebagainya.
5.14 Afiks –i
Fungsi
Afiks –i berfungsi membentuk pokok kata. Dengan tambahan prefiks meN-, di-, ter-, atau tambahan ku, kau, pokok kata itu menjadi suatu kata.
·         bentuk dasar berupa kata kerja , misalnya :
      mendatangi ← datang
·         berupa kata sifat , misalnya :
      memanasi ← panas
·         berupa kata nominal , misalnya :
      menggambari ← gambar
·         dan berupa pokok kata, misalnya :
      memetiki ← petik
Makna afiks –i :
1.         menyatakan ‘perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar itu dilakukan berulang-ulang’. Misalnya :
        memukuli : berulang-ulang memukul
        meninjui : berulang-ulang meninju
2.         menyatakan ‘memberi apa yang tersebut pada bentuk dasar pada ……’.  Misalnya :
        menggarami (sayur) : ‘memberi garam pada (sayur)’
3.         makna ‘tempat’ .Misalnya menduduki (Orang itu menduduki kursiku), yang parafrasenya , ialah Orang itu duduk di kursiku.
4.         Makna ‘kausatif’. (afiks –i sejajar dengan makna afiks –kan). Misalnya pada kalimat :
        Orang itu mengotori kamar saya.
        Orang itu mengotorkan kamar saya.
5.15 Afiks –an
Afiks –an melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata kerja .
Misalnya : makanan ← makan
Berupa pokok kata, misalnya : timbangan ← timbang
Berupa kata nominal, misalnya : harian ← hari
Berupa kata bilangan, misalnya : ribuan ← ribu
Fungsi afiks –an ialah sebagai pembentuk kata nominal.
Makana afiks –an :
1.   menyatakan ‘sesuatu yang berhubungan dengan perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar’ sesuatu ( hasil perbuatan, merupakan alat, dan sesuatu yang biasa dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar). Misalnya :
     timbangan : ‘alat untuk menimbang’, ‘hasil menimbang’
2.   ‘tiap-tiap’. Misalnya : (majalah) bulanan : ‘(majalah) yang terbit tiap-tiap bulan’
3.   ‘satuan yang terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya dalam kalimat
     Pedagang itu memerlukan uang ribuan. Ribuan menyatakan ‘satuan’ ialah satuan uang.
4.   Makna ‘beberapa’ . Misalnya kata ribuan dalam kalimat
     Ribuan penduduk kehilangan tempat tinggal. Ribuan menyatakan ‘beberapa ribu’.
5.   Makna ‘sekitar’ , ialah tahun 50, 51, 52, ……59. Tahun 60-an.
     afiks –an
o   hasil, alat, tempat, macam-macam, kumpulan, menyerupai.

5.16 Afiks –wan
Fungsi
Afiks –wan berfungsi sebagai pembentuk kata nominal.
Makna
1.         Menyatakan ‘orang yang ahli dalam hal yang tersebut pada bentuk dasar, dan tugasnya berhubungan dengan hal yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya :
negarawan : ‘orang yang ahli dalam kenegaraan dan tugasnya berhubungan dengan masalah kenegaraan’
2.         Menyatakan ‘orang yang memiliki sifat yang tersebut pada  bentuk dasar’. Melekat pada bentuk dasar yang termasuk golongan kata sifat . Misalnya :
cendekiawan : ‘orang yang cendekia’
5.17 Afiks ke-an
Fungsi
Afiks ke-an berfungsi membentuk kata nominal, misalnya kebaikan, keberanian, ketulusan dan sebagainya.
Makna
Makna afiks ke-an :
1.         menyatakan ‘suatu abstraksi’ atau ‘hal’, baik abstraksi dari suatu perbuatan maupun dari suatu sifat atau keadaan. Misalnya : kebaikan : ‘hal baik’ ; kegembiraan : ‘hal gembira’
2.         menyatakan ‘hal-hal yang berhubungan dengan masalah yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya :
(masalah) kehewanan : ‘hal-hal yang berhubungan dengan masalah hewan’
3.         menyatakan makna ‘dapat dikenai perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar ‘ atau menyatakan makna ‘dapat di …’ . Misalnya :
kelihatan : dapat dilihat
kedengaran : dapat didengar
4.         ‘dalam keadaan tertimpa akibat perbuatan, keadaan, atau hal yang tersebut pada bentuk dasar’. Misalnya :
kehujanan : dalam keadaan tertimpa hujan
5.         Makna ‘tempat’ atau ‘daerah’ . Misalnya :
kepresidenan : ‘tempat presiden’
kerajaan : tempat raja’

5.18 Afiks peN-an
Fungsi
Afiks peN-an berfungsi sebagai pembentuk kata nomoinal, kata berafiks peN-an sebagian besar merupakan hasil nominalisasi dari kata berafiks meN-, baik disertai afiks –i atau –kan, maupun tidak.
Misalnya : pembacaan : sejalan dengan membaca
Makna
Afiks peN-an mempunyai makna, sebagai berikut :
1.         menyatakan makna ‘hal melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejlan’
/ ‘abstraksi dari perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’. Misalnya :
pembacaan : hal membaca
pengedaran : hal mengedarkan
2.         menyatakan makna ‘cara’ ialah ‘cara menampilkan’. Misalnya :
penyajian : ‘cara menyajikan’
penguiriman : ‘cara mengirimkan’
3.         Menyatakan makana hasil usaha , atau menyatakan makna ‘apa-apa yang di ……..’. Misalnya :
pendengaran : ‘hasil usaha mendengarkan atau ‘apa-apa yang didengar’
penglihatan : ‘apa-apa yang dilihat’
4.         Menyatakan makna ‘alat yang digunakan untuk melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’ . Misalnya : pendengaran : alat untuk mendengar’
pada kalimat “Pendengaran orang tua itu sudah tidak terang lagi”
5.         Menyatakn makna ‘tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’
Misalnya : pengadilan : ‘tempat mengadili’
5.19 Afiks per-an
Fungsi
Afiks per-an berfungsi sebagai pembentuk kata nominal.
·            Bentuk dasarnya yang berupa pokok kata. Misalnya :
persentuhan ← sentuh
perdebatan ← debat
·            berupa kata verbal, baik kata kerja, misalnya :
perkawinan ← kawin
permintaan ← minta
·            berupa kata sifat , misalnya : perpanjangan ← panjang
·            berupa kata nominal, misalnya : perapian ← api
·            berupa kata bilangan, misalnya : persatuan ←  satu
Makna
Afiks per-an mempunyai lima makna, ialah :
1.         Menyatakan makna “perihal apa yang tersebut pada bentuk dasar” . Misalnya : pergedungan : ‘perihal gedung’
2.         Menyatakan makna ‘hal’ atau ‘hasil’, ialah ‘hal atau hasil melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’. Misalnya :
Persahabatan : ‘hal atau hasil bersahabat’
3.         Menyatakan makna ‘tempat’, ialah tempat melakukan perbuatan yang tersebut pada kata yang sejalan’.
Makna ‘hal atau hasil memperlindungi’ , misalnya pada kalimat Ahmad berdoa, memohon perlindungan Allah.  
Makna ‘tempat’, ialah ‘tempat berlindung’. Misalnya perhentian : tempat berhanti
4.         Menyatakan makna ‘daerah’, ialah ‘daerah yang berupa atau terdiri dari apa yang tersebut pada bentuk dasar . Misalnya :
perkampungan : ‘daerah yang berupa atau terdiri dari kampung’ ; ‘daerah kampung’
5.         Menyatakan makna ‘berbagai-bagai’. Misalnya :
persyaratan : berbagai-bagai syarat
5.20 Afiks ber-an
Fungsi
Afiks ber-an berfungsi sebagai pembentuk kata kerja. Bentuk dasar termasuk pokok kata , misalnya:
berbalasan   ← balas
berpapasan  ← papas
termasuk golongan kata kerja , misalnya :
berjatuhan   ← jatuh
Makna
Afiks ber-an mempunyai tiga makna , ialah :
1.         Menyatakan makna “ perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan oleh banyak pelaku”, misalnya : berdatangan : ‘(banyak pelaku ) datang’
     berguguran  : ‘ (banyak pelaku ) gugur’
2.         Menyatakan bahwa ‘ perbuatan yang tersebut pada bentuk dasar dilakukan berulang-ulang ‘. Misalnya : berloncatan : ‘meloncat berkali-kali’
     berlompatan : ‘ melompat berkali-kali’
3.         Menyatakan makna ‘saling’ / cenderung berkombinasi dengan proses pengulangan. Misalnya : bersentuhan : ‘saling menyentuh’
berpandang-pandangan : ‘saling memandang’
5.21 Afiks se-nya
Fungsi
Afiks se-nya berkombinasi dengan proses pengulangan. Fungsi afiks se-nya ialah membentuk kata keterangan dari kata sifat :
Sepenuh-penuhnya ← penuh
Serajin-rajinnya       ← rajin
Makna
Afiks se-nya menyatakan makna ‘tingkat yang paling tinggi yang dapat dicapai’ atau lazim disebut ‘superlatif’. Misalnya :
Sepenuh-penuhnya : ‘tingkat penuh yang paling tinggi yang dapat dicapai’ : “sepenuh mungkin”


DAFTAR PUSTAKA

Ramlan, M. 1985. Morfologi (Suatu Tinjauan Deskriptif). Yogyakarta: CV.Karyono.
Arifin, E. Zaenal dan Junaiyah H. M. 2007. Morfologi (Bentuk, Makna, dan Fungsi). Jakarta: PT Grasindo.

Salam hangat buat yang baca.
Semoga rangkuman ini dapat bermanfaat. 
Semangat....

Tidak ada komentar:

Posting Komentar